Para pelaku bisnis UMKM mengalami ‘mati syuri’ ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia awal tahun lalu. Namun dengan memanfaatkan teknologi digital, bisnis mereka perlahan mulai bangkit kembali.
Seperti yang dialami Andromeda Sindoro (32), pemilik Sweet Sundae Ice Cream yang menjadi pemasok es krim untuk hotel-hotel di Indonesia. Bisnisnya sempat mengalami penurunan sangat drastis hingga 80 persen ketika pandemi melanda.
Saat itu, Andromeda tak hanya memikirkan kelangsungan hidupnya sendiri, tapi nasib bisnisnya juga akan sangat menentukan bagi kelangsungan para karyawannya.
Lulusan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memulai menjalankan bisnis es krim bersama empat temannya, termasuk Yuki yang kini menjadi istrinya.
Dia mencoba membeli susu sapi peternak dengan harga lebih tinggi, lalu diolah menjadi es krim agar harga jualnya naik. Ia kemudian memulai dengan menjajakan es krim buatannya di kantin kampus.
“Ternyata, penjualannya bagus dan kami berkembang,” ujarnya.
Rekan-rekannya seiring waktu mengundurkan diri dan hanya menyisakan Yuki. Pasangan suami istri itu pun sepakat meneruskan usaha es krim tersebut.
Memulai model bisnis dengan menitipkan es krimnya di warung-warung, dia kemudian mengubah konsepnya menjadi Business to Business (B2B) dengan menawarkan produknya ke hotel, restoran, dan katering (horeka).
Selain menawarkan ke horeka di Yogyakarta, ia juga meluaskan pasar ke kota-kota di sekitar Yogyakarta, seperti Solo, Semarang, Magelang, dan Ambarawa.
Bagi Andro, dalam menjalankan bisnis, misi terpentingnya adalah meningkatkan value susu dari peternak lokal. Sehingga, hasil dari peternak akan kembali untuk peternak.
“Kami mengedepankan close circle yang berputar di peternak sebagai pemain utama dan kami sebagai pengolah,” katanya.
Bisnis es krim Andromeda terus berkembang hingga punya 25 karyawan. Namun ketika pandemi Covid-19 melanda, semuanya berubah. Bisnisnya anjlok hingga 80 persen.
Dengan cepat, Andromeda kemudian mengubah model bisnisnya dari B2B menjadi B2C (Business to Customer) dengan bergabung ke GrabFood. Alhasil penjualannya meningkat 85 persen hanya dalam kurun dua bulan setelah gabung GrabFood.
Setelah bergabung dengan GrabFood, bisnisnya terus bertumbuh. Dengan begitu Andromeda tak hanya menyelamatkan kehidupan dia dan keluarganya, tapi juga 25 karyawannya.
Seiring pertumbuhan bisnisnya, Andromeda juga telah memberdayakan lebih banyak peternak sapi lokal sebagai pemasok susu untuk es krimnya dan memastikan bahwa lebih banyak orang di luar bisnisnya dapat memperoleh manfaat dari digitalisasi yang dilakukan Grab.
Membuka Lapangan Pekerjaan
Tak dapat dimungkiri, bahwa teknologi digital seperti Grab telah membangun ekosistem yang saling menguatkan di mana pertumbuhan di satu unit bisnis mendorong pertumbuhan di unit bisnis lainnya. Contoh nyata adalah bisnis es krim Andromeda yang tetap bisa bertumbuh di tengah pandemi usai bergabung dengan GrabFood.
Berdasarkan riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics pada 2020 lalu ditemukan fakta bahwa ekosistem platform digital Grab telah menciptakan bisnis merchant bertumbuh dengan pesat.
Bahkan dengan teknologi, Grab juga telah menimbulkan efek positif lainnya secara domino, seperti membuka lapangan pekerjaan bagi lebih banyak orang saat bisnis merchant bertumbuh.
Menurut riset tersebut, sebagian besar merchant GrabFood dan GrabKios mempekerjakan dua sampai tiga karyawan tambahan saat bisnis mereka bertumbuh.
CSIS dan Tenggara Strategics juga mencatat, bahwa Grab tidak hanya menyediakan kesempatan kerja yang lebih baik bagi pekerja informal, yang berjumlah 56,5 persen dari angkatan kerja, tetapi juga mendorong pertumbuhan UMKM. Selain itu Grab juga telah menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, bahkan di luar platform Grab itu sendiri.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan platform digital seperti Grab memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi negara secara lebih luas.
“Studi kami juga menunjukkan bahwa selain memberikan pekerja informal kesempatan pendapatan yang lebih baik, pertumbuhan pada platform Grab juga menciptakan lebih banyak kesempatan ekonomi dalam ekosistem Grab dan juga dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan di luar ekosistem,” ujarnya.
Yose mencontohkan GrabFood yang telah membantu merchant dalam mendirikan bisnis baru dan mempekerjakan lebih banyak karyawan saat bisnis mereka bertumbuh. Gig work (pekerja lepas) melalui platform Grab juga telah meningkatkan kualitas hidup pekerja sektor informal dan meningkatkan inklusi keuangan mereka.
“Ini adalah faktor penting yang akan berkontribusi pada kemajuan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang,” tutup Yose.
(osc)